Jumat, 27 Mei 2016

MACET JAKARTA

Perekonomian Indonesia

JAKARTA. Terkenal dengan macetnya. Menurut penelitian oleh Castrol, Jakarta adalah kota termacet di dunia. 



Faktor pertama yang pasti adalah transportasi umum. Kita tahu sendiri, transportasi umum di jakarta, belum memadai. Masih banyak kendaraan umum yang dipaksa beroperasi, padahal mesinnya sudah tidak layak. Kemudian selain itu, faktor keamanan dan kenyamanannya sendiri, masih belum terjamin. Kita harus siap waspada.

Padahal kata menurut ahok, di hongkong aja 90% warganya memakai transportasi umum. Sedangkan di singapura dan mumbai, 50%. Jakarta? Miris sekali, hanya 20%. Oleh karena itu, masih banyak yang perlu dibenahi dari transportasi umum Jakarta.

Nah, kemudian apa yang terjadi? Orang berlomba-lomba beli sepeda motor dan beli mobil pribadi, yang angkanya naik terus setiap hari, karena transportasi umum yang masih di anak tiri. Ujungnya? Kemacetan di berbagai sudut Ibu Kota

Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi di Jakarta yang mencapai angka 12 hingga 13 % per tahun. Sedangkan, pertumbuhan ruas jalan hanya 0,01% per tahun. Itu artinya ada sekitar 6000 kendaraan baru tiap harinya di Jakarta, sedangkan panjang jalannya tidak bertambah. Sangat, mengerikan.

Mirisnya lagi, sudah jalan sempit, masih aja ada mobil parkir sembarangan, angkot ngetem berjam-jam sampe PKL nekat menerobos jalan. Ini artinya satpol PP, masih punya banyak tugas.

Tak hanya itu saja, kemacetan pun dikontribusikan oleh daerah sanggahan jakarta, bodetabek. Itu artinya meskipuns udah sumpek, jakarta pun masih perlu menahan serbuan dari berbagai penjuru arah, yang pastinya menambah kemacetan setiap harinya.

Tapi bukan salah mereka, untuk mencari mata pencaharian ke jakarta. Salah kita sendiri, kita terlalu membangun apa-apanya semuanya ada di jakarta. Akhirnya semuanya menumpuk di Ibu Kota. Harusnya pemerintah kita itu berani, membangun indonesia secara merata, tidak hanya di Jakarta.

Tidak heran jika lama-lama orang di jakarta ini jadi stress. Ketertiban hanya dianggap sebagai konsep. Misalnya tahu sendiri, lampu merah di Jakarta itu artinya lampu start untuk balapan. Belum lagi disusul sama kopaja ugal-ugalan.

Tidak hanya lalu lintas, tapi juga ketertiban birokrasi yang perlu diperbaiki. Masih banyak mafia-mafia berdasi, yang menyamar membela rakyat, tapi kalau dikasih suap, malah bilang terima kasih. Akibatnya? Bertahun-tahun sudah Jakarta menanggung beban yang perih.

Baru saat perencanaan tata kota dibenahi, transportasi umum mulai diperbaiki. Tapi tentu saja, tidak ada yang namanya perubahan instan. Semuanya butuh proses dan waktu. Termasuk kita semua yang harus mau beraksi, dan sabar menunggu. Jadi ayo, sama-sama kita hadapi masalah ini, dan bangun Jakarta yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar