Kamis, 26 Mei 2016

BANJIR JAKARTA

Perekonomian Indonesia


Banjir dan banjir. itulah kata-kata yang bisa menggambarkan Jakarta. Banjir datang tiap tahunnya dan membuat penduduk Jakarta makin stres. Tidak hanya membuat jalanan macet, tetapi banjir juga menimbulkan banyak sekali penyakit, sampah hingga cucian hanyut. Mengapa banjir di Jakarta terus terjadi? Apakah ini semua salah Pemerintah ?



Intinya, banjir Jakarta merupakan masalah yang multidimensional, mulai dari daratan Jakarta sendiri yang sudah tidak sanggup menerima volume air yang besar, pemerintah yang kurang siap antisipasinya, sampai penduduknya sendiri yang sangat sulit untuk diatur.

Jika melihat dari sejarah geografisnya, Jakarta dibentuk oleh sungai-sungai yang mengalir dari wilayah Bogor dan sekitarnya. Sungai-sungai besar yang mengalir ke Jakarta, seperti sungai Ciliwung, jaman dulu membawa material hasil letusan gunung Salak, gunung Gede, dan gunung Pangrango bersamanya, yang kemudian terendapkan, terus menumpuk dan menghasilkan daratan, yang kita kenal kini sebagai Jakarta. Fakta uniknya, sungai-sungai tersebut, juga ikut menerobos daratan yang dibuatnya, sehingga membuat Jakarta daratannya hingga kini dialiri oleh banyak sungai.

Kemudian, pada waktu musim kemarau, sungai-sungai di Jakarta ini sangat bau dan kering. Tapi, waktu musim hujan, sungai sungai ini membawa volume air yang sangat besar yang akhirnya membuat daerah tepian sungai jadi ikutan banjir. Saat urbanisasi terjadi, dimana Jakarta akhirnya menjadi Jakarta, dalam tanda kutip, banyak orang yang tinggal dipinggiran sungai sehingga membuat daerah resapan banjir, menjadi hilang.

Akibatnya, banjir tidak mampu diserap daerah tepian sungai lagi dan akhirnya meluas kemana-mana. Belum lagi ditambah, penduduk Jakarta yang membuang sampah ke sungai seakan-akan sudah menjadi hobi turun temurun yang patut dilestarikan, yang pada akhirnya membuat aliran sungai menjadi tidak lancar. Dan, jadilah banjir Jakarta.

Urbanisasi penduduk ke Jakarta juga membuat Jakarta makin padat. Banyak orang yang kemudian membangun rumah di kota Bogor dan Puncak, dimana pembangunan ini membuat banyak hutan di daerah tersebut akhirnya digundulkan demi pemukiman.

Akibatnya, air hujan di wilayah Bogor dan Puncak yang seharusnya diserap oleh hutan, malah jadi langsung mengalir menuju Jakarta. Volume air yang besar dari Bogor dan Puncak tersebut tidak dapat ditampung oleh sungai-sungai di Jakarta dan jadilah banjir di Jakarta.

Pemprov DKI Jakarta harusnya bisa lebih baik menanggulangi masalah ini. Seperti misalnya dengan memberikan prediksi bencana banjir, melakukan kerjasama dengan lembaga internasional dan NGO, dan menerapkan peraturan yang tegas untuk drainase dan daerah aliran sungai.

Tapi selain Pemprov itu sendiri, penduduk Jakarta sendiri harusnya juga berpartisipasi aktif mencegah banjir. Misalnya dengan melaporkan pembangunan tempat tinggal liar di tepian sungai dan melaporkan orang-orang yang hobinya buang sampah sembarangan lewat berbagai macam media yang sudah maju di jaman sekarang, seperti lewat aplikasi Qlue yang tersedia di Google Play Store, layanan pengaduan online Lapor!, SMS Gubernur yang langsung bisa disambungkan ke Ahok hingga Jakarta Smart City yang dapat membuat warga Jakarta dapat mengawasi pekerjaan pemerintahnya sendiri.

Ya, masalah banjir Jakarta memang sangat sulit untuk dibenahi. Tidak hanya membutuhkan uang, tapi juga diperlukan kesadaran bagi seluruh lapisan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar